"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
Siapa yang mengatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa? Indonesia, jawabnya. Namun Negeri ini belum merdeka, belum. 68 tahun hanyalah bualan semata, rahasia umum.
Karena nyatanya, penjajahan atas apa yang bangsa ini miliki terus berlangsung. Bagaimana Negara yang disebut sebagai Negara agraris mengimpor kebutuhan-kebutuhan pokoknya? Bagaimana Negara dengan luas pantai terpanjang didunia ini juga mengimpor garam?
"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."
Negeri ini berbahagia? Siapa yang berkata? Siapa yang dapat mempertanggung jawabkan pernyataan itu? Sejenak tengok, berapa prosentase angka harapan hidup Negeri ini? Berapa banyak yang bisa diharapkan hidup di Negara, ini?
Kata selamat dan sentosa hanya disampaikan kepada para elit politik, para investor asing, para pemegang kekuasaan. Sisanya? Entah.
Negeri ini justru belum tau apa itu merdeka, belum paham kata bersatu, timpang dengan kata adil dan jauh dari sebutan makmur.
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."
Tuhan Yang Maha Kuasa sebenarnya telah memberi dan melimpahkan karunia bagi bangsa yang paling beruntung didunia ini. Tapi, lebih banyak lagi hal-hal yang kadang kita lupa syukuri. Lebih banyak lagi waktu-waktu yang kita buang percuma. Juga tak sedikit yang lupa menasihati saudara sebangsanya.
Hingga terenggut dengan kemerdekaannya masing-masing. Ya, merdeka dengan carannya sendiri.
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia..."
Hidup di Negara ini begitu was-was. Tak ada yang dapat dipercayai, tak ada yang melindungi. Pertumpahan darah justru terjadi dimana-mana. Tumpah darah terjadi dengan begitu mudah. Antar suku, antar agama.
"...dan untuk memajukan kesejahteraan umum..."
Kesejahteraan umum? Lupakan!
"..mencerdaskan kehidupan bangsa..."
Jargon "menentaskan kebodohan" nampaknya lebih digalakkan dan lebih menarik ketimbang untuk 'sekedar' mencerdaskan kehidupan bangsa.
"...dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.."
Melaksanakan ketertiban dunia mungkin hanya menjadi sekedar mimpi bagi bangsa ini, urusan rumah tangga sendiri juga tak ada habisnya, seakan tak ada celah untuk melihat dunia luar. Perdamaian abadi cukup abadi untuk dipampang. Dan, siapa peduli dengan keadilan sosial? Aku pun tidak!
~
Indonesia! 68 bukan lah angka yang sedikit, telah banyak hal yang dilalui bangsa yang cukup dibilang besar ini. Namun begitu banyak persoalan yang seakan tak ada batasnya. Seakan menanti untuk kembali menantang siapapun yang berani dan mampu menaklukkannya. Apakah itu Anda? Saya? Dia? Ataukah KITA?
Tulisan ini saya dedikasikan khusus untuk teman-teman SMAN 1 Depok , dan pemuda-pemudi Indonesia umumnya.
Tetap dedikasikan masa mudamu untuk bangsa ini! Tetap menjadi bangsa yang besar, tetap peduli terhadap lingkungan sekitar. Mari jadikan bangsa ini berada ditempat yang seharusnya! Negara yang seharusnya berada dititik puncak! Negeri yang seharusnya di takuti bangsa lainnya!
Karena bangsa yang besar, adalah bangsa yang memiliki pemuda dengan capaian dan cita -cita yang besar pula.
“Mengapa bangsa ini tidak mau diajak maju?”
-BJ Habibie
Mahatheer Muhammad F
Tidak ada komentar:
Posting Komentar