Pages - Menu

9/21/2013

Banyak Belajar di Surakarta (1)

Tepat pukul 09.00 WIB datanglah bus berwarna kemerahan, bus yang sedari tadi ditunggu oleh banyak orang. Termasuk gue. Iyah, gue juga berebut naik itu bus. Nunggunya lama men, ya kali gue mesti nunggu bus berikutnya?

Oke, lanjut. Interiornya terlihat sederhana, hampir sama seperti bus AC pada umumnya. Satu hal yang gue telisik, ini kaya bus baru ya? Mungkin. Terawat. Rapih.

Dengan tiket seharga neneng jebred dua bungkus, gue melaju dari Semarang menuju Solo. Ya! Bismillah... Surakarta, I'm coming! :))

Sepanjang perjalanan, ngga ada yang spesial. Biasa aja. Sesekali menembus hutan, sesekali melihat jembatan bersungai, sesekali melihat pabrik-pabrik. Ya, sesekali aja.

Setibanya di Solo, gue disambut oleh rintikan hujan. Panik? Jelas. Gue ngga tau dan ngga ngerti sama ini kota. Gue baru pertama kali disini. Gue ngga tau siap-siapa disini. Gue disambut hujan. Gue dingin.


*kemudian hening*

Gue dingin.

*masih hening*

Gue butuh kehangatan.

*tambah hening*

Gue...... sudah. Lupakan.

GUE SAMPE SOLO MEEEEEEEEEEEENNNNNN!!!!!!! SOLOOOOOOOOOOOO~


This is Surakarta


Terdamparlah gue disebuah pelabuhan. Enggak deng. Terminal sih. Gue lupa terminal apa, yang jelas janganlah engkau terlalu banyak berjalan di dalam terminal ini. Niscaya petugas DISHUB bakalan narikin retribusi yang ngga jelas untuk apa sebesar 500 rupiah. Emang sih, cuma gopek tapi kalo ada 1000 orang tiap harinya? 10000 orang tiap minggunya? 100000 tiap bulannya? Menang banyak pak!

Engga banyak yang gue lakukan di terminal, cukup untuk jamak sholat aja. Trus, gue keluar terminal. Celingak-celinguk. Noleh kanan-kiri. Persis kayak orang mau nyebrang. Enggak deng. Sebenernya gue bingung mau kemana dan ada dimana. Maka gue memutuskan mencari wangsit!

Yaudah, hasil wangsit sana-wangsit sini. Gue direkomendasikan untuk naik angkot, karena tujuan pertama kita (gue bersama Ryan dan seorang saudara gue yang dari Semarang) adalah Alun-alun. Youis, kulo manut ae *medok*. 

Surakarta ini kotanya adem, damai, sejuk, tenang, nyaman lah pokoknya. Persis seperti kota-kota di Jawa Tengah pada umumnya. Satu hal yang mungkin membedakan, Surakarta ini lumyan bersih loh. Sepanjang jalan dengan angkot pribadi (karena cuma kita bertiga doang penumpangnya) ini, tak ada seberkas sampah pun. Perfect!

Sementara gue memperhatikan sekitar, sementara pula abang angkotnya sibuk.

Sedari gue naik angkot, ini abang nelpon mulu. Entah nelpon siapa. Gayak. Kesel gue jadinya.

Abang angkot gegayaan

Oke. Biarinlah itu.

Keputusan gue buat naik angkot kali ini, nggak salah. Gue udah duduk diangkot 15 menit, dan masih belum keliatan dimana Alun-alun sekaligus Keratonnya. Gue berhasil mengelola budget dengan baik! :')) Nggak kebayang kalo gue maksa buat nge-hemat budget dan memutuskan untuk berjalan kaki.

Nah mulai bingung nih gue, karena masih belum keliatan juga mana itu Alun-alunnya. Jangan-jangan gue dibawa nyasar, trus gue disekap dirumah kosong, trus gue..... Hih!

Gue putusin dan gue beranikan diri untuk bertanya, deh! Iya! Berani! Gue pasti bias yeaaaaa!!! (9'o')9

"Om, Alun-alun e ora ketok' yo? Masih jauh opo ora?"

"Masih le, 5-10 menit deui atuh"

Tiba-tiba si abang bilingual ke bahasa Sunda, dan gue makin bingung. :((

*SETELAH 30 MENIT GUE DUDUK DI ANGKOT SI ABANG MENCURIGAKAN INI*

Gotcha! Bentuk Keratonnya mulai kelihatan! Ganteng lo bang!!! Disitu pun gue jadi aktif bertanya guna mencairkan suasan dan mencoba berinteraksi dengan kearifan lokal. That's why kenapa gue pengin banget traveling! Gue pengen berinteraksi dengan kearifan lokal! Berinteraksi dengan orang yang ada, dengan budaya yang di punya sekaligus menikmati tiap detik yang berharga disana. :))

Oke, ternyata kita masuk ke Keraton via pasar yang terkenal di Solo. Pasar Klewer. Cakep! Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari abang angkot yang ternyata ramah, sebenernya kita lagi ngelilingi Keraton dengan tembok-tembok besar yang mengelilinginya. Jalannya agak sempit, pas banget buat dua mobil dengan sama-sama menekuk spion. Mepet.

Tembok yang ngelilingin Keraton *on board mode on*

Semakin deket sama Keraton, jalannya makin sempit. Makin ramai. Makin ngga kondusif. Makin semrawut. Abangnya bilang, bahwa semua pasar yang ada di Solo udah direlokasi dan dikondusifkan oleh pahlawan yang sekarang jadi gubernur Ibukota Jakarta, Jokowi. Cuma Pasar Klewer aja yang belum sempet dikondusifkan dan ditata sedemikian rupa. Jadi masih kayak Pasar kaget di Cibinong, yang ngalangin jalan dan ngambil trotoar buat jualan.

Dan berdasarkan semua penuturan dari abang angkotnya, gue tau gue salah. Abangnya ternyata ramah dan welcome banget kok. Maaf ya, bang. :))

Dan berdasarkan omongan abangnya pula, gue tau kalo orang Surakarta sangat mencintai mantan Walikotanya (re: Joko Widodo) pun abang angkotnya. Influence dari seorang yang begitu berkesan bagi rakyat yang ia pimpin dan berkesan dari apa aja yang ia tinggalkan. Amazing! :))







                                                                                                                               

                                                                                                                                                          Bersambung...









Tidak ada komentar:

Posting Komentar